Kamis, 02 Juni 2011

Pesan Mereka

Lagi, lagi TA mengingatkanku pada banyak hal. Kali ini di masa kecilku. Ah, masa kecilku itu memang aku agak beda dengan mereka yang lain. Meski aku pun tak kehilangan masa kecilku, karena akupun suka berpetualang.

Aku & buyutku dari mama:
Mama bilang dulu waktu aku masih kecil kalo mama & papa kerja, buyutkulah yang setia menjagaku. Menggendongku & mengasuhku, dulu aku sering sakit-sakitan kata mama. Jadi, kalo ada orang cicit yang lain yang mengejeku buyutku akan memarahi mereka habis-habisan. Tapi entahlah akupun tak pernah merasakan kehadiran beliau meski kadang aku menangis ketika mendengar cerita mama. Tahukah, pesan buyutku sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya? "Yat, tes [nama mama & papaku] sekolahkan tikha tinggi tinggi ya". Itulah yang sering disebut-sebut papa saat cerita padaku, mungkin itu pula yang membuat papaku bisa melepaskanku kuliah sejauh ini. Smoga buyutku itu ditempatkan di tempat terbnaik disisiNya, aamiin.

Aku dan buytku dari papa :
Slalu kulihat dia dilantai dua rumah kayu itu, duduk didekat jendela & memperhatikan kendaraan yang lewat. Sering kuhampiri dia & akupun duduk bersamanya mendengarkan cerita dia, sebenarnya akupun tak paham apa yang dia ceritakan yang jelas saat itu aku merasa dia kesepian sendiri dilantai dua yang begitu gelap itu. Ingat betul aku saat dia meminta bantuanku untuk membeli 'es bungkus', tapi selalu saja dia memberi uangnya kurang karna dia pikir masih jaman dulu mungkin, semuanya pada murah. Akhirnya akupun nombok dengan uang jajanku. Sampai, pada akhirnya pulang sekolah kulihat dia tak ada lagi ditempat biasa. Ah, dia kemana pikirku. Aku pun tak hirau dan langsung pulang jalan kaki menuju rumahku. Sesampainya dirumah, mama langsung bilang : kha, buyut sakit? mama mau kesana dulu. Langsung aku bilang ikut ma, akupun mengikuti mamaku dari belakang. Kulihat rumah itu sudah banyak orang. & buyutku itu sedang dikelilingi orang. Ternyata dia sedang menghadapi sakaratul mautnya.  Kha, kasih tau nenek buyut sakit, bilang datang kesini. Segera aku mengayuh sepeda menuju rumah neneku [ibu dari papa, anaknya buyut]. Namun sesampainya dirumah nenek ternyata nenek udah dijemput pake motor. Akupun kembali kerumah buyut dengan mengayuh sepedaku. Sesampainya ditempat buyut, aku melihat betul hembusan nafas terakhirnya. "Ah, aku kehilangan satu teman ngobrol pikirku". Namun aku takkan lupa pesannya : "Cong [panggilan cucu dikampung kami], belajar yang bener ya, mama & papa kan capek cari uang". Waktu itu, aku tak  menangis mengingat pesan itu, namun sekarang hatiku terasa tercabik. Smoga buyutku itu mendapat tempat terbaik disisiNya.

Nenek dari MAMA
Nenekku ini juga teman akrabku, meski aku juga sering menganggapnya pilih kasih karna lebih sayang dengan cucu yang lain daripada aku. Namun, baru kusadari mengapa dia demikian. Bukannya dia tak sayang, namun karna aku memang lebih beruntung daripada sepupuku yang lain, sehingga itu menjadi hal yang wajar. Ah, dar Emak [aku memanggil neneku] aku banyak belajar, belajar baca doa sebelum tidur, kadang belajar ngaji, dan lain-lain. Kesan yang paling ku ingat dari EMAK adalah dia suka naik becak, jadi aku sering mengiringi dia dari belakang kalo dia sedang naik becak. Iya, dia memang lebih suka menginap dirumahku & rumah wak ujang. Terlebih kalo dia lagi ngambek, langsung ngadu deh sama mama. & sembunyi dikamarku, biar tak ketahuan sama bibik ku yang lain. Hehe, lucu kadang memang. Setiap dia nginep di rumah pasti tidur di ranjangku. Kami sering ckikikan sampai malam, dengan  memegang tasbihnya dia bercerita padaku. Pesan yang sama "Belajar yang rajin, kasihan mama & papa capek cari uang buat tikha". Tak hanya seperti itu ternyata, ketika dia sakit/ beberapa hari sebelum kepergiannya, dia mempunyai 2 pesan kata papaku : jaga cucunya yang slama ini tinggal bersama dia, & sekolahkan tikha tinggi2 karna dia akan jadi orang besar. Subhanallah, aku langsung menangis histeris. Aku sudah SMP saat itu sehingga terasa betul sakitnya kehilangan. 
Malam itu aku menginap ditempat nenek dari papa, karena malam itu tak ada yg menemani nenek dirumah. Tiba-tiba tengah malam kak willy [kakak sepupuku] datang. Ternyata dia menjemputku, katanya Emak sakit, jadi tikha disuruh pulang. Aku pun langsung mengambil sendal & pamit sama neneku, aku berjanji akan kesini lagi menemani nenek besok. Namun, ternyata kak willy bohong, emak gk sakit, tapi dia terbujur kaku di sana, ya dia telah pergi menghadap pemilikNya. Aku tak berkata apapun, kudengar suara mereka yang menangis. Aku terdiam, dengan air mata yang jatuh tak beraturan. Aku kehilangan lagi. Ya, kehilangan sahabat cerita dikamarku, kehilangan dia yang suka mengajarkanku berdoa. Ya, aku kehilangan dia. Semoga bahagia disania mak.

Sekarang tinggal satu nenek, dia pun tak kalah mencintaiku. Ingat betul, dia cerita disekitar rumahnya membanggakan cucunya. Begitu keras suaranya kalo aku datang menghampiri. Tak segan dia memarahi papaku, saat aku dibiarkan pulang tanpa dijemput [padahal itu inisiatifku sendiri]. "Kalau kurang uang bilang, jual aja tanah tak usah sayang . Aku kasih itu untuk sekolah cucuku bukan untuk disimpan" kata nenekku ngomelin papa. Aku hanya terdiam & mencoba menjelaskan ke nenekku. Ah, sekarang neneku sedang terbaring sakit. Ya ALLAH aku ingin bertemu dengannya. Bertemu dengan neneku, berilah kesembuhan padanya. Kumohon cintaMu ya Robb, kuatkanlah dia, aamiin. Aku punya janji sama nenek, beliin dia jaket tebal yang lembut seperti punyaku. Ya Robb, engkau tahu kebimbangan hati ini. dia nenekku satu-satunya, lindungi dia ya Robb :((

Mereka yang hadir & begitu perduli denganku, tak mungkin aku mengecewakan  mereka. Apalgi melihat kekecewaan di wajah dua pahlawanku itu. Astagfirulloh, aku tak sanggup ya Robb, berilah ptunjukMu, aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Disqus for harus memulai