Entah, mengapa keinginan menulisku semakin menggila ditengah ritme TA ini. Hehe, bisa jadi berapa buku nih jika dituruti trus. Tapi inilah aku, yang berusaha mencari hikmah yang hilang. Karna hikmah itu milik muslim yang hilang & dia berhak mendapatkannya dimanapun. Tul tak??
Hmm, kali ini aku ingin menulis tentang kolaborasi TA & Dalam Dekapan Ukhuwah-nya Salim A fillah yang bagian Bekerja, maka keajaiban. TA membuatku melupakan sebuah hakikat, sebuah kalimat, sebuah tujuan besarku. Ah, pikiran yang membuatku seolah tak percaya akan kekuatanNya & kekuatan segala potensi yang diberiNya untukku. Astagfirulloh!!
Kubaca buku itu, 'Dalam Dekapan Ukhuwah', entah kenapa sekarang aku gila baca & gila nulis. Padahal dulunya tak se 'lebai' ini. [bahaya buat kantong nih :p].
Ku baca perjuangan Hajar istri nabi Ibrahim yang ditinggalkan ditengah gurun pasir bersama nabi ismail yang saat itu masih bayi. Tanpa makanan, tanpa tempat berteduh. Untuk mematuhi perintahNya? Ah, coba dengar kata hajar ketika dia tahu bahwa yang dilakukan suaminya itu adalah perintah ALLAH 'Jika ini perintah ALLAH, maka Dia tak kan menyia-nyiakan kami'. Jawaban tegas itu, mungkin jarang kita dapatkan lagi dari istri zaman sekarang. Ah, entahlah semoga aku termasuk dari yang jarang itu, aamiin. Lalu lihatlah ketika nabi Ibrahim hanya berlalu dengan panggilan istri & anak yang begitu dicintainya, hanya untuk Robb nya. Kemudian ketika, hajar berlari hingga tujuh kali diantara dua bukit. Namun tak ia temukan apapun, sebenarnya kata salim a fillah : dia tahu bahwa tak kan menemukan air disana, namun yang dia lakukan adalah memperlihatkan usahanya kepada Rabbnya. dan tahukah kalian keajaiban itu tak muncul dari jalan dua bukit tadi, melainkan dari kaki ismail. Ya, dari kakinya. Dari tempat yang tak pernah di sangka-sangka, keajaiban itu dimunculkanNya ditempat yang ia kehendaki bukan yang di lewati oleh Hajar.
Lalu, bercermin dari cerita Hajar, benarkah dalam pengerjaan TA ini aku mengharapkan cintaNya? Benarkah niat ini telah lurus untuk cintaNya? Ah, aku sanksi kali ini dengan sikap & hatiku. Kurasa, gelisah & gundahku disebabkan oleh hatiku yang telah kotor, tujuanku yang tak lagi suci, tak lagi terpatri, tak lagi. Niat ini hampir saja kurusak, padahal aku tahu betul, ketika aku menuntut ilmu bukan karnaNya maka Dia akan marah. Lalu benarkah 3 tahun kuliahku, niatku hanya untuk ijazah? bukan untukNya. Maka, aku adalah golongan yang celaka & merugi, membuang-buang waktu hanya untuk selembar kertas. Ampuun ya Robb.
Duhai engkau yang Maha membolak balikan hati, janganlah Kau cabut hidayah ini, hanya karna lalaiku ya Robb. Sungguh hidayah ini mahal dibandingkan dengan kertas itu. Ya, kembali meluruskan niat, jika saat ini aku berusaha maka ini untukMu, jika saat ini aku ingin lulus, karnaMu. Karna ingin melanjutkan perjuangan selanjutnya. TA hanya jembatan, dan akan kuselesaikan untukMu, hanya untukMu, semoga! Karna hati ini tak slalu bersih, aku tak pernah mampu mengendalikannya, hanya Engkau ya Robb, genggam erat hati ini hanya untukMu.
Bismillah :-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar