Jumat, 31 Mei 2013

Ada yang pake jilbab "lagi"

Bismillah..

"ibuuu, temen saya udah saya ajak pake jilbab juga"

sekilas mahasiswa itu berkata padaku. Hehe, Alhamdulillah, selamat ya jawabku turut berbahagia dengan perubahan mahasiswi kerenku itu. :')

Ah, bahagia itu benar-benar sederhana...

Ada hal yang kupelajari disini: Kadang perhatian kecil, bernilai sangat berarti bagi jiwa baru yang ingin berhijrah menjadi lebih baik..

Mempercayai yang terbaik dalam diri seseorang
akan menarik keluar yang terbaik dari mereka
berbagi senyumkecil dan sederhana
mungkin saja mengalirkan ruh baru pada jiwa yang nyaris putus asa
atau membuat sekeping hati kembali percaya
bahwa dia berhak dan layak untuk berbuat baik

-Salim a Fillah-

#Tragis


Diam, menenggelamkan diri dalam amal kebaikan.
Melanjutkan perbaikan tanpa paksaan, belajar mengikhlaskan..
Istirahat panjang tentang sebuah rencana, dan melanjutkan kembali 2 tahun kedepan, jika Allah masih mengamanahkan diri tinggal di bumiNya.

Mempercayai rencanaNya pasti baik, bahkan yang paling menyakitkan sekalipun :')

Cayooo!!
Siap-siap nunggu emak dateng bulan juni!! Alhamdulillah masih memiliki 2 pahlawan itu ^^
Thanks to Allah



Kamis, 30 Mei 2013

Unik nya Dauroh Marhalah 1 :')

Bismillah, muhasabah malam itu menguji mental mereka. Memberikan mereka pemahaman yang belum mereka dapat.
Aku datang kesana, bersama puri. Menyebrangi pulau dan melakukan perjalanan cukup lama, menggunakan motor 1 jam lebih. Melihat panitia yang mengendarai motor membonceng kami, sungguh keren skali. Akhwat tangguh baru seruku dalam hati. Sesekali mengajaknya mengobrol agar tak mengantuk. Karna waktu itu sudah malam.

***
Dalam muhasabah itu Setelah melewati rangkaian agenda yang telah dipersiapkan panitia, tiba-tiba ada peserta yang pingsan dan diangkat oleh panitia akhwat. Aku benar-benar kaget, apa yang terjadi, melihat panitia akhwat yang panik, aku mendekati mereka. Seorang peserta tergeletak lalu tiba-tiba menangis. Panitia makin panik, aku mendekatinya, diberi minum tidak mau, di tanya namanya siapa tidak jawab. Dia hanya menangis dan mau pulang.

Panitia pikir dia diganggu jin, mengingat tempat DM kami di kaki gunung.  Lalu aku memintanya untuk duduk, dan memeluknya. Awalnya dia tetap nangis,kubacakan ayat kursi dan beristigfar berkali-kali. Dia menangis makin keras. "Tenang ya adek, kan udah dewasa masa nangis gini, tuh liat kakak panitianya pada panik. Kenapa kakak panitianya jahat ya?" tanyaku, dia menggeleng. Alhamdulillah ada respon pikirku, lalu tiba-tiba pelukannya makin erat padaku. Sedikit bingung, dan aku mengulang-ngulang istigfar. Setelah lama tenggelam dalam tangisnya tiba-tiba dia bicara "Kami takut gelap kakk" jawab dia keras sambil tetap dengan iringan tangisnya.

"Subhanallah, takut gelap?". Dia memelukku makin erat seolah tak ingin dilepas, jilbabkupun telah banjir oleh air matanya.  Seorang kakek pemilik rumah terbangun. Dan tak lupa si nurul jadi sesi dokumentasi momen-momen yang jarang terjadi ini.

"Udah ya? acaranya masih panjang nih, adek disini aja gkpp kan? minum dulu ya" dia minum lalu mengangguk. Alhamdulillah ternyata dia hanya takut gelap bukan kerasukan jin. Hehehe


---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------




Selasa, 28 Mei 2013

Kelas Penuh *Wow

Bismillah..

Pagi ini cerah, meskipun kemarin sore langit dikepalaku cukup mendung karna salah satu staff di kampusku. Kata-kata yang cukup membuat aku menarik nafas panjang, tak mengerti bisa-bisanya dia berkata seperti itu.

Akhirnya aku menceritakan semuanya pada mama dan papa ditelpon itu kuungkapkan semua lelahku. Padahal tak selelah itu, disambut dengan kalimat motivasi dengan sedikit hiburan yang membuatku tertawa. Selanjutnya dipanggil sama pui dan mama pui, sepertinya mereka juga paham mendungnya sore itu dari mataku. Diajak makan keluar, dengan mata bengkak habis "mewek parah" itu, sesuatu banget. Lalu sepulang dari itu ada lagi yang menebak tentangku lalu menghilang hingga pagi.


Ah sudahlah, tak perlu digubris semua itu, yang jelas hari ini aku kaget kelas yang aku ajar tiba-tiba penuh. Padahal kemarin-kemarin gak serame ini, makhluk-makhluk yang kemaren tak masuk dan aku bahkan tak kenal mereka, pun hadir. Ya, welcome deh. Tak kubuat mereka takut untuk masuk, smoga istiqomah, hehe.


Lagi-lagi sekarang mereka jika ingin bertanya langsung ke tempat duduk, sekarang duduknya pun tak bergerombol lagi, main-main seperti kemarin, mereka duduk ditempat masing-masing dan mengerjakan dengan khusu' sekali. meski ada yang mendengar musik dan sebagainya. Alhamdulillah ya sesuatu :')


Senin, 27 Mei 2013

Menghadirkan Hati

Bismillah...

yang aku tahu, sesuatu yang kita sampaikan dari hati, insyaAllah nyampenya juga ke hati..
Hari ini, praktikum tools baru buat mereka. Membuat game dengan java. Hal baru sih, aku agak ragu mereka bisa. Melihat kemarin-kemarin mereka rada galau dengan koding.

Tak seperti 2 pekan kmarin aku terlihat asing hingga kelas menjadi kaku, bahkan tak sedikit yang marah dan menggerutu dibelakang. Kali ini sudah mulai dekat dan saling kenal. Bolak balik mereka menuju mejaku saat mulai menemui titik buntu dalam kodingnya.Oh iya, hari ini ada mahasiswi yang baru pake jilbab loh, aku beri selamat untuknya. "Makasih buu, jawabnya malu", hehe

Yang lain sibuk dengan game yang mereka download dari e-learning. Kesalahan merekapun berulang. Kurang teliti. Sedikit ancaman dengan candaan. "Awas kalau saya kesana karna kurang teliti" sambil senyum ringan. Mereka hanya cengengesan.

Tapi persentase bertanya untuk pekan ini sedikit berkurang. Mereka terlihat asyik dengan kodingnya. Apalgi saat pencarian ide. "kak, saya boleh cari ide gamesnya keluar?". "Boleh saja, tapi nama kalian saya catet ya, kalau gamenya ga bagus nilainya rendah". "Oke buk" jawab mereka ga konsisten. Kadang kakak, kadang ibu. Ya sudahlah, tak masalah.

Ada lagi yang mencari perhatian aja, bolak balik didepanku, atau ganggu temennya yang lagi fokus. "Kenapa, suka ya makanya diganggu trus?" ah gk kak, katanya malu2 lalu kembali ketempat duduknya dengan khidmat. Ada lagi yang bertanya "kak dikumpulnya pake word aja kan?", "iya, kenapa udah selesai?". "Belum kak, hehe nanya aja".

Sesi praktikum 4 jam, jadi tak membosankan. Alhamdulillah, hehe. Telah kukatakan ditulisanku sebelumnya. Bahwa yang perlu kita lakukan adalah menghadirkan hati disetiap kegiatan kita, maka hasilnya akan menjadi lebih manfaat dari sebelumnya. Jika tak mampu  menghadirkan hati, paksakan. Hehe.. Kuncinya dimanapun tempatnya, tanamkan dalam hati, inilah ladang saya maka mari menggarap! Lets do it! :')




Rabu, 22 Mei 2013

Indahnya Pernikahan Barokah

Bismillah, 
jangan hanya membaca judulnya tapi isinya juga subhanallah keren.. 3 golongan manusia yang beruntung :)
 

Sumber: http://daaruttauhiid.org/artikel/detail/6/59/indahnya-pernikahan-barokah.html
 
Menikah itu tidak mudah, yang mudah itu ijab kabulnya. Rukun nikah yang lima harus dihafal dan wajib lengkap kesemuanya. Lalu bagaimana jika kita belum punya biaya untuk menikah? Harus diyakini bahwa tiap orang itu sudah ada rezekinya. Menikah itu sesungguhnya menggabungkan dua rezeki, rezeki wanita dan laki-laki bertemu. Allah swt tidak menciptakan manusia dengan rasa lapar tanpa diberi makanan Allah swt menghidupkan manusia untuk beribadah yang tentu saja memerlukan tenaga, mustahil Allah swt tidak memberi rezeki kepada kita. Biaya pernikahan bukanlah perkara mahal, yang penting ada. Maka kalau sudah darurat bahkan mengutang untuk menikah diperbolehkan daripada mendekati zina.
 
 Kalau sudah menikah setelah ijab kabul, jangan jadi riya dengan mengadakan resepsi yang mewah. Hal ini tidak akan menjadi barokah. Misalnya dalam mengundang, hanya menyertakan orang kaya saja, orang miskin tidak diundang. Bahkan Rasulullah saw melarang mengundang dengan membeda-bedakan status. Dalam mengadakan resepsi jangan sampai mengharapkan balasan berupa materi.
 
Mahar yang paling bagus adalah emas dan uang mahar yang paling bagus adalah uang. Rasulullah saw lebih mengutamakan emas dan uang dan inilah hak wanita. Berilah wanita sebanyak yang kita mampu.  Perkataan terbaik suami kepada istrinya adalah menasehati istri agar dekat dengan Allah swt. Jika istri dekat dengan Allah swt maka ia akan dijamin oleh Allah swt. Tiga rumus yang harus selalu diingat terdapat dalam surah al-Asyr. Setiap bertambah hari, bertambah umur, kita itu sesungguhnya merugi kecuali tiga golongan kelompok yang beruntung:

Golongan pertama
Golongan pertama adalah orang yang selalu berpikir keras bagaimana supaya keyakinan dia kepada Allah swt meningkat. Sebab semua kebahagiaan dan kemuliaan itu berbanding lurus dengan tingkat keyakinan kepada Allah swt. Tidak ada orang ikhlas kecuali yakin kepada Allah swt. Tidak ada sabar kecuali kenal kepada Allah swt. Tidak ada orang yang zuhud kepada dunia kecuali orang yang tahu kekayaan Allah swt. Tidak ada orang yang tawadhu kecuali orang yang tahu kehebatan Allah swt. Makin akrab dan kenal dengan Allah swt maka semua dipandang kecil. Setiap hari dalam hidup kita seharusnya dipikirkan bagaimana kita dekat dengan Allah swt. Kalau Allah swt sudah mencintai makhluk segala urusan akan beres.
 
Salah satu bukti seperseratus sifat pemurah Allah swt yang disebarkan kepada seluruh makhluk-Nya bisa dilihat sikap seorang ibu yang kesakitan saat melahirkan seorang anak waktu melahirkan, hamil sembilan bulan tanpa mengeluh yang belum tentu anak tersebut akan membalas budinya. Tidak tidur ketika anaknya sakit, mengurus anak dari mulai TK sampai SMA. Memikirkan biaya kuliah. Mulai menikah dibiayai sampai punya anak bahkan juga diterima tinggal di rumah sang ibu. Tetapi  kerelaannya masih saja terpancar. Itulah seperseratus sifat Allah swt. Mungkin sang ayah atau ibu yang meninggal lebih dulu yang penting keluarga ini akan kumpul di surga. Apapun yang ada di rumah harus menjadi jalan mendekat kepada Allah swt. Beli barang apapun harus barang yang disukai Allah swt. Supaya rumah kita menjadi rumah yang disukai Allah swt. Boleh punya barang yang bagus tanpa diwarnai dengan takabur. Bukan perkara mahal atau murah, bagus atau tidak tetapi apakah bisa dipertanggungjawabkan di sisi Allah swt atau tidak. Rumah kita harus Allah oriented. Kaligrafi dengan tulisan Allah. Kita senang melihat rumah mewah dan islami. Jadikan semua harta jadi dakwah mulai mobil sampai rumah. Tiap punya uang beli buku, buat perpustakaan di rumah untuk tamu yang berkunjung membaca dan menambah ilmu. Jangan memberi hadiah lebaran hanya makanan, coba memberi buku, kaset dan bacaan lain yang berguna.
 
Jangan sibuk memikirkan kebutuhan kita, itu semua tidak akan kemana-mana. Allah swt tahu kebutuhan kita daripada kita sendiri. Allah swt menciptakan usus dengan desain untuk lapar tidak mungkin tidak diberi makan. Allah swt menyuruh kita menutup aurat, tidak mungkin tidak diberi pakaian. Apa yang kita pikirkan Allah swt sudah mengetahui apa yang kita pikirkan. Yang harus kita pikirkan adalah bagaimana dekat dengan Allah swt, selanjutnya Allah swt yang akan mengurusnya. Kita cenderung untuk memikirkan yang tidak disuruh oleh Allah swt bukan yang disuruh-Nya. Kalau hubungan kita dengan Allah swt bagus semua akan beres. Barang siapa yang terus dekat dengan Allah swt, akan diberi jalan keluar setiap urusannya. Dan dijamin dengan rezeki dari tempat yang tidak diduga-duga. Dan barang siapa hatinya yakin Allah swt yang punya segalanya, akan dicukupkan segala kebutuhannya. Jadi bukan dunia ini yang menjadi masalah tetapi hubungan kita dengan Allah-lah masalahnya.

Golongan kedua 
Golongan kedua adalah rumah tangga yang akan rugi adalah rumah tangga yang kurang amal. Jangan capai memikirkan apa yang kita inginkan, tapi pikirkan apa yang bisa kita lakukan. Pikiran kita harusnya hanya memikirkan dua hal yakni bagaimana hati ini bisa bersih, tulus dan bening sehingga melakukan apapun ikhlas dan yang kedua teruslah tingkatkan kekuatan untuk terus berbuat. Pikiran itu bukan mengacu pada mencari uang tetapi bagaimana menyedekahkan uang tersebut, menolong dan membahagiakan orang dengan senyum. Sehingga dimanapun kita berada bagai pancaran matahari yang menerangi yang gelap, menuai bibit, menyemarakkan suasana. Sesudah itu serahkan kepada Allah swt. Setiap kita memungut sampah demi Allah swt itu akan dibalas oleh Allah swt.
 
Rumah tangga yang paling beruntung adalah rumah tangga yang paling banyak produktifitas kebaikannya. Uang yang paling barokah adalah uang yang paling tinggi produktifitasnya. Uang yang dapat memberikan multiefek bagi pihak lain, hal ini menjadikan uang kita barokah. Kaya boleh asal produktif. Boleh mempunyai rumah banyak asal diniatkan agar barokah demi Allah itu akan beruntung. Beli tanah seluas-luasnya. Sebagian diwakafkan, kemudian dibangun masjid. Pahala akan mengalir untuk kita sampai Yaumil Hisab. Makanya terus cari uang bukan untuk memperkaya diri tapi mendistribusikan untuk ummat. Sedekah itu tidak akan mengurangi harta kita kecuali bertambah. Jadi pikiran kita bukan akan mendapat apa kita? tapi akan berbuat apa kita? Apakah hari ini saya sudah menolong orang, sudahkah senyum? berapa orang yang saya sapa? berapa orang yang saya bantu?
Makin banyak menuntut makin capai. Makin kuat kita menuntut kalau Allah swt tidak mengizinkan maka tidak akan terwujud. Kita minta dihormati, malah Allah swt akan memperlihatkan kekurangan kita. Kita malah akan dicaci, hasilnya sakit hati. Orang yang beruntung, setiap waktu pikirannya produktif mengenai kebaikan. Selagi hidup lakukanlah, sesudah mati kita tidak akan bisa. Kalau sudah berbuat nanti Allah swt yang akan memberi, itulah namanya rezeki. Orang yang beruntung adalah orang yang paling produktif kebaikannya.

Golongan ketiga
Golongan ketiga adalah rumah tangga atau manusia yang beruntung dimana pikirannya setiap hari memikirkan bagaimana ia bisa menjadi nasihat dalam kebenaran dan kesabaran dan ia pecinta nasihat dalam kebenaran dan kesabaran. Setiap hari carilah input nasihat kemana-mana. Kata-kata yang paling bagus yang kita katakan adalah meminta saran dan nasihat. Ayah meminta nasihat kepada anak, niscaya tidak akan kehilangan wibawa. Begitu pula seorang atasan di kantor. Kita harus berusaha setiap hari mendapatkan informasi dan koreksi dari pihak luar, kita tidak akan bisa menjadi penasihat yang baik sebelum ia menjadi orang yang bisa dinasihati. Tidak akan bisa kita memberi nasihat jika kita tidak bisa menerima nasihat. Jangan pernah membantah, makin sibuk membela diri makin jelas kelemahan kita. Alasan adalah kelemahan kita. Cara menjawab kritikan adalah evaluasi dan perbaikan diri. Mungkin membutuhkan waktu sebulan bahkan setahun. Nikmatilah nasihat sebagai rezeki dan bukti kesuksesan hidup. Sayang hidup hanya sekali dan sebentar hanya
untuk menipu diri. Merasa keren di dunia tetapi hina dihadapan Allah swt. Merasa pintar padahal bodoh dalam pandangan Allah swt.
Mudah-mudahan kita bisa menerapkan tiga hal di atas. Setiap waktu berlalu tambahlah ilmu agar iman meningkat, setiap waktu isi dengan menambah amal dan ibadah kita. Amin...

Minggu, 19 Mei 2013

Waktu ini terlalu singkat hanya untuk “berprasangka”

Bismillah

Ini adalah tahun 2012, tapi masih saja ada “dukun”.

Menurut saya, dukun adalah orang-orang yang suka mengambil keputusan premature. Keputusan tanpa info yang valid, mencari-cari kesalahan dan suka menjustifikasi. Pantas dulu ada seseorang yang slalu “protes” dan menyebut saya “sok tahu”. Gara-gara keahlian saya dalam “meramal”(baca: berprasangka). Ketika sikap orang seperti ini, oo berarti ini yang terjadi atau kedepannya akan gini dan gitu. Berkali-kali saya disindir, bahkan sering dibilang “sekarang ilmu teknologi sudah menemukan aplikasi peramal masa depan ya, sampai tikha tau apa yang akan terjadi nanti”. Dulunya marah dibilang seperti itu, tapi sekarang beberapa kali terbentur dalam kondisi “disimpulkan secara prematur”. Bahkan kadang, kesimpulan itu tidak pernah terpikirkan oleh saya, namun bisa-bisanya ada dipikiran “orang” dan menduga demikian.

Pernah ada percakapan, “tikha gini ya?”, lalu dijawab “maaf, sepertinya tidak bisa”. Langsung dibilang “oo karna ini ya?” langsung diberi nasehat seabreg, seolah tahu masalah sebenarnya. Padahal semua yang dikatakan tidak nyambung. Ingin menjawab gimana, akhirnya terpaksa membiarkan saja dia berkubang didalam prasangka. Karena semua masalah pribadi kita, kadang tak semuanya harus di share, emangnya “infotainment! Prasangka buruk “secara bebas lepas”. Bicara tanpa data, tanpa tabayyun, langsung ngomong “seolah” tepat sasaran. Padahal?

Setelah diidentifikasi secara pribadi, beberapa hal yang menyebabkan sering terjadinya kesimpulan premature, adalah:

1. Keingin tahuan secara berlebihan. Pokoknya semua masalah didunia ini dia harus paling tahu, tidak mau ketinggalan. Padahal tidak semua masalah harus diketahui, ada masanya. Toh, biasanya juga masalah yg udah tahu belum diselesaikan. Itu namanya kerja belum selesai udah mencari kerjaan baru.



2.Ingin keputusan terlalu cepat, berharap tiap Tanya langsung ada jawabnya. Biasanya orang yang mengambil keputusan premature itu sudah punya keinginan jawabannya, namun ingin mendengar langsung dari yang ditanya, dan ingin jawaban itu yang keluar. Akhirnya “dari Tanya premature muncul keputusan prematur”.   

3.Kurang sabar, ini intinya. Orang yang kurang sabar tidak pernah menghargai proses. Suka yang instan-instan.



4. Orang yang mengambil keputusan premature, tak berniat baik pada masalah yang ingin dia ketahui, karena masalah itu beban untuk diselesaikan. Siapa yang suka mencari beban? Khawatir malah untuk di umbar & seolah jadi hero padahal zero.

Keempat alasan ini cukup jadi jargon untuk melahirkan banyak sifat buruk gara-gara kesimpulan premature. Subhanallah, gara-gara “disimpulkan prematur” saya jadi tahu betapa menyebalkannya orang-orang yang berbicara tanpa info yang valid, tanpa tabayyun dll. Padahal didalam islam telah banyak tuntunanya. Adab-adab.

Lebih daripada itu, waktu ini benar-benar singkat untuk mencari kesalahan orang lain, atau pencitraan pada Manusia. Lelah! Banyak kerjaan lain.

Kita manusia, harus saling mengingatkan bukan berprasangka “seenak dewe”. Jikapun telah cukup buktinya & jelas. Maka, nasehatilah dengan cara yang baik.

Karena, kata Salim A Fillah “dijalan cinta para pejuang nasehat adalah KETULUSAN kawan sejati bagi NURANI, MENJAGA CINTA dalam RIDHONya”

Bismillah,

Lalu sekarang saya resmi ingin melepaskan gelar “dukun” / “sok tahu”. Karena ternyata karakter itu tak layak hadir dalam proses perbaikan, kembali pada fitrah!

Saya siap untuk berbenah bagian ini, kamu? Yuuk Berbenah! dibantu ya ^^

Mengapa ingin menjadi "Dosen"

A: Mengapa ingin menjadi "Dosen" ?
B: "Karna saya ingin menjadi pendidik"
A: Jika ternyata kamu tidak terpilih jadi dosen, bagaimana?
B: "Tidak masalah, karna menjadi pendidik tak harus jadi dosen ataupun di poltek"

Pertanyaan itu muncul saat psikotest kemarin.
Mungkin pertanyaan itu terkesan membingungkan yang bertanya, disaat posisiku telah jelas akan bekerja di poltek, aku malah menjawab menjadi pendidik kan tak hanya bisa dilakukan di poltek.

Sebenarnya aku tak bermaksud berkata akan berhenti dari poltek kemudian mencari pekerjaan lain. Tapi saat pertanyaan itu muncul aku teringat dengan cita-citaku. Ingin menjadi pendidik seperti mereka, para guru peradaban. Mereka adalah orang yang tak punya gelar apapun, juga tak membuka institusi resmi dibidang pendidikan apalagi digaji. Bukan, mereka bukan dosen, bukan pula guru formal SD, SMP, ataupun SMA yang mengajar memang menjadi kerja mereka. Bukan, bukan mereka.

Namun dari mereka muncul orang-orang keren, sukses dan berkarakter. Nama mereka tercatat dalam sejarah, minimal sejarah hati murid mereka yang mereka didik. Ya, itulah mereka yang membuatku meluruskan kembali niat dari tiap cita-cita yang mondar mandir dalam otakku.

Mereka, orang-orang yang ingin bertanggungjawab atas moralku yang sebenarnya tak ada hubungannya dengan mereka. Mereka yang mengatakan padaku, akulah anak zaman, akulah salah satu pemuda yang akan memperbaiki negeri ini. Kata mereka aku tak perlu takut pada selain Allah. Ya, mereka pada pendidik itu aku mencintai mereka karna Allah.

Mereka menyampaikan dari hati, hingga sampai pula ke hati ini. Hati jiwa degil yang akhirnya mulai terlihat mempesona. Kalau bukan karna Allah, mungkin aku tak pernah bertemu dengan mereka, maka tetaplah syukur terdahsyat hanya boleh untukNya.Allah.

Selasa, 14 Mei 2013

Kondusif

Bismillah...

Ba'da sholat ashar tangisku tumpah. Ah dimulai dari amarah yang tak sampai. Saad adzan berkumandang sampai sholat dimulai, suara musik tak jelas dari lantai 2 kampus ini begitu keras mengganggu telinga orang-orang yang akan melaksanakan sholat berjama'ah. Tak lama dari itu suara mahasiswa teriak-teriak, seolah mereka tak perduli bahwa ada yang sedang sholat. Kuucapkan istigfar dan mencoba fokus sholat. Suara mereka makin menjadi, teriak dan tertawa terbahak2 disebelah mesjid itu. Allah.

Setelah sholat, aku mencoba menenangkan hati sejenak aku telah bersiap untuk menegur mereka. Kutenangkan hati agar tak melampaui batas, nada suaraku yang tinggi dan wajahku yang benar-benar sulit untuk dibawa senyum, aku khawatir marahku tumpah. Setelah itu aku bergegas keluar, aku tak perduli apa kata mereka yang ingin aku lakukan adalah menegur tindakan mereka yang tak berpendidikan itu! Sayang Allah tak mengizinkan karena ketika aku keluar mereka sudah tak ada lagi disana. Mungkin Allah belum memberikan kesempatan itu.

Hatiku menggerutu, bagaimana bisa mahasiswa itu mampu menjadi pemimpin dunia, mampu melakukan yang terbaik untuk negara sedangkan mereka tak sedikitpun menghargai panggilan Yang Menciptakan mereka. TRAGIS! Dimana moral mereka, dimana ajaran sekolah mereka dulu?

Bayang-bayang pemuda/i itupun hadir, saat kami bersama menjadi penjaga mushola. Jika ada yang mengotori mushola siapapun dari kami pasti menegurnya. Kadang kami mengomel jika ada laki-laki dan perempuan yang ada dalam mushola dan berdekatan. Atau kami akan merusuh orang-orang yang belum sholat padahal sudah datang waktunya sholat. Ya, disini dikampus yang sama.


Ah, masa lalu. Aku merindukan pemuda/i itu duplikat dari mereka. Karena aku khawatir Allah akan murka dengan tindakan2 yang melampaui batas itu. Mungkin banyak orang yang sholih tapi yang mensholihkan orang lain. Terbatas jumlahnya. Allah datangkan kembali mereka. Jika kammi mampu menjadi wasilahnya. ijinkan kammi, aamiin

Minggu, 05 Mei 2013

Hari Pertama jadi "Pendidik"

Bismillah, pagi ini cukup indah mulai bekerja. Meja bekerja yang luas, dan ruangan yang kondusif, orang-orang yang ramah. Inilah dunia pendidikan. Alhamdulillah..

Sapaan ramah per lantai membuat semuanya makin mempesona. Apalagi teman-teman satu ruangan. Inilah mengapa aku harus full syukur atas semuanya.

Hari ini, bahagia itu milikku ^^ karnaNya

Disqus for harus memulai