Minggu, 19 Mei 2013

Waktu ini terlalu singkat hanya untuk “berprasangka”

Bismillah

Ini adalah tahun 2012, tapi masih saja ada “dukun”.

Menurut saya, dukun adalah orang-orang yang suka mengambil keputusan premature. Keputusan tanpa info yang valid, mencari-cari kesalahan dan suka menjustifikasi. Pantas dulu ada seseorang yang slalu “protes” dan menyebut saya “sok tahu”. Gara-gara keahlian saya dalam “meramal”(baca: berprasangka). Ketika sikap orang seperti ini, oo berarti ini yang terjadi atau kedepannya akan gini dan gitu. Berkali-kali saya disindir, bahkan sering dibilang “sekarang ilmu teknologi sudah menemukan aplikasi peramal masa depan ya, sampai tikha tau apa yang akan terjadi nanti”. Dulunya marah dibilang seperti itu, tapi sekarang beberapa kali terbentur dalam kondisi “disimpulkan secara prematur”. Bahkan kadang, kesimpulan itu tidak pernah terpikirkan oleh saya, namun bisa-bisanya ada dipikiran “orang” dan menduga demikian.

Pernah ada percakapan, “tikha gini ya?”, lalu dijawab “maaf, sepertinya tidak bisa”. Langsung dibilang “oo karna ini ya?” langsung diberi nasehat seabreg, seolah tahu masalah sebenarnya. Padahal semua yang dikatakan tidak nyambung. Ingin menjawab gimana, akhirnya terpaksa membiarkan saja dia berkubang didalam prasangka. Karena semua masalah pribadi kita, kadang tak semuanya harus di share, emangnya “infotainment! Prasangka buruk “secara bebas lepas”. Bicara tanpa data, tanpa tabayyun, langsung ngomong “seolah” tepat sasaran. Padahal?

Setelah diidentifikasi secara pribadi, beberapa hal yang menyebabkan sering terjadinya kesimpulan premature, adalah:

1. Keingin tahuan secara berlebihan. Pokoknya semua masalah didunia ini dia harus paling tahu, tidak mau ketinggalan. Padahal tidak semua masalah harus diketahui, ada masanya. Toh, biasanya juga masalah yg udah tahu belum diselesaikan. Itu namanya kerja belum selesai udah mencari kerjaan baru.



2.Ingin keputusan terlalu cepat, berharap tiap Tanya langsung ada jawabnya. Biasanya orang yang mengambil keputusan premature itu sudah punya keinginan jawabannya, namun ingin mendengar langsung dari yang ditanya, dan ingin jawaban itu yang keluar. Akhirnya “dari Tanya premature muncul keputusan prematur”.   

3.Kurang sabar, ini intinya. Orang yang kurang sabar tidak pernah menghargai proses. Suka yang instan-instan.



4. Orang yang mengambil keputusan premature, tak berniat baik pada masalah yang ingin dia ketahui, karena masalah itu beban untuk diselesaikan. Siapa yang suka mencari beban? Khawatir malah untuk di umbar & seolah jadi hero padahal zero.

Keempat alasan ini cukup jadi jargon untuk melahirkan banyak sifat buruk gara-gara kesimpulan premature. Subhanallah, gara-gara “disimpulkan prematur” saya jadi tahu betapa menyebalkannya orang-orang yang berbicara tanpa info yang valid, tanpa tabayyun dll. Padahal didalam islam telah banyak tuntunanya. Adab-adab.

Lebih daripada itu, waktu ini benar-benar singkat untuk mencari kesalahan orang lain, atau pencitraan pada Manusia. Lelah! Banyak kerjaan lain.

Kita manusia, harus saling mengingatkan bukan berprasangka “seenak dewe”. Jikapun telah cukup buktinya & jelas. Maka, nasehatilah dengan cara yang baik.

Karena, kata Salim A Fillah “dijalan cinta para pejuang nasehat adalah KETULUSAN kawan sejati bagi NURANI, MENJAGA CINTA dalam RIDHONya”

Bismillah,

Lalu sekarang saya resmi ingin melepaskan gelar “dukun” / “sok tahu”. Karena ternyata karakter itu tak layak hadir dalam proses perbaikan, kembali pada fitrah!

Saya siap untuk berbenah bagian ini, kamu? Yuuk Berbenah! dibantu ya ^^

2 komentar:

  1. 2012 kemaren dek?
    ini kan 2013 *Sambil Pegang Kalender* :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. heheh, ini kan tulisan lamaa yang baru di publish sekarang.. :D

      Hapus

Disqus for harus memulai