Sabtu, 01 Januari 2011

Mahasiswa Seperti Apa SAYA?


Terinspirasi dari koment seorang “Abang” yang melihat sudut pandang mahasiswa dari sudut pandang yang sedikit berbeda dengan saya, namun tujuannya tetap sama yaitu untuk “kebaikan”. Terimakasih sebelumnya, tulisan ini bukan untuk membangkang atau menolak pendapat, hanya saja ini uraian dari pendapat saya tentang mahasiswa itu sendiri. Karena tidak ingin ada salah paham dalam pengertian yang hanya bisa dilihat dari berbagai sudut pandang, bukan hanya 1 kali lihat lalu memberi pendapat. Karena saya juga pernah ada dalam posisi demikian dan saya juga tau apa yang dirasakan, tidak akan pernah bisa menerima, bukan karena berniat buruk tapi karena tidak tahu. Sedangkan imej yang tercetak lewat media dan berbagai mahasiswa yang menghancurkan masa depannya lewat jalan ini, dikait-kaitkan dengan perjuangan yang sebenarnya mempunyai niatan baik bukan perusakan untuk sekitar, apalagi untuk diri sendiri.
Mahasiswa itu ada berbagai macam tipe, sehingga ada berbagai macam cara juga untuk melewatinya. Tapi terlepas dari itu saya yakin kalau tiap mahasiswa itu ingin yang terbaik untuk masa depannya. Saya tidak ingin membahas tentang bagaimana masing-masing mahasiswa memilih jalannya, karena saya bukan dari sudut pandang mereka. Saya juga belum tahu tentang mereka, sehingga tidak punya hak untuk men-DIKTE tentang hal yang mereka lakukan.
Pertanyaan yang akan saya uraikan adalah :
1.       Jalan apa ini?
2.       Apa yang ingin saya lakukan dengan jalan ini?
3.       Mahasiswa seperti apa saya?
4.       Anak seperti apa saya?
5.       Apa cita-cita saya?
6.       Ingin jadi apa saya dengan hal yang saya lakukan?
7.       Apa alasan yang bisa saya kemukakan sehingga menganggap jalan ini adalah benar?
8.       Buruk kah cita-cita dan jalan yang saya lalui ini?
CEKIDOT!!
Jalan apa ini?
Jalan apa yang saya tempuh untuk menuju masa depan.
:: Seperti Membangun Jembatan( versi Saya) ::
Saya sekarang adalah seorang yang ingin membangun jembatan untuk menuju cita-cita saya. Hanya saja saya belum tahu keadaan di seberang, dimana jembatan yang akan saya bangun akan menghubungkan tempat saya sekarang dgn tempat tersebut. Tugas saya tidak hanya membangun jembatan tersebut agar bisa dengan mudah melewatinya kapan saja. Namun tugas saya juga mencari sebanyak-banyaknya bekal untuk daerah tak terduga yang akan saya datangi di seberang jembatan tersebut. Saya tidak bisa memprediksi apakah daerah yang akan saya sebrangi itu akan sama dengan daerah sekarang yang saya tempati. Saya belum tau tantangan apa yang akan saya hadapi ke depannya, apa akan ada binatang buas? Jurang? Lubang-lubang kecil? Keindahan yang menjerumuskan? Atau kebahagian kemudian tidak akan ada jembatan selanjutnya? Karena itu, saya harus mempersiapkan bekal lebih banyak dan tidak pilih-pilih agar bekal tersebut dapat saya pergunakan untuk daerah di seberang jembatan itu. Bukan hal mudah untuk mempersiapkan bekal itu, karena saya juga harus mengerti tantangan di daerah yang saya tempati,agar bekal yang saya dapat, bisa lebih berkah sehingga berguna. Nah, bekal itu adalah ilmu, dan daerah seberang itu adalah masa depan saya sedangkan medan untuk mencari ilmu saya adalah tempat yang saya ada sekarang. Saya tidak ingin menjadi sombong dengan ilmu yang ada, meski kelak tidak semua ilmu yang saya bawa, paling tidak kurangnya hanya sedikit. Jalan ini adalah jalan PENCARIAN BEKAL (baca:ilmu).

Apa yang ingin saya lakukan dengan jalan ini?
Saya lagi mengumpulkan bekal untuk masa depan saya, mengambil bekal dari berbagai tempat yang saya juga belum tau kegunaannya. Bisa jadi, ketika saya memprioritaskan satu ilmu ternyata ilmu itu tidak terpakai untuk masa depan saya. Tidak menutup kemungkinan, bisa jadi ketika saya meremehkan ilmu yang lainnya, ternyata itu adalah bagian besar dari scenario masa depan saya. Maka dari itu saya tidak mau menganggap remeh setiap ilmu yang lewat di hadapan saya. Saya tidak ingin terkekang oleh aturan kemudian saya membiarkan hal yang bermanfaat lewat begitu saja. Meski begitu saya tidak bermaksud membangkang. Namun, terkadang teori itu berbeda dengan praktek langsung dilapangan. Seperti undang-undang lalulintas, tidak boleh mengambil jalur kiri, ngebut, atau menerobos lampu merah ketika berkendaraan. Lalu bagaimana jika didalam kendaraan tersebut ada orang yang sekarat? Sedangkan ketika lampu sedang merah tidak ada mobil yang lewat? Lebih baik terobos kan daripada menunggu? Itulah memang terkadang teori itu tidak menjamin ketika telah berada dilapangan. Tapi, saya juga tidak mengatakan teori itu tidak penting, karena teori juga berdasarkan pengalaman yang harus di jadikan bekal.

Mahasiswa seperti apa saya?
Maka saya akan menjawab dengan lantang MAHASISWA PEMBELAJAR!!
Iya! Saya adalah mahasiswa pembelajar, yang ingin memanfaatkan segala aspek pembelajaran kemahasiswaan di dunia kampus. Saya ingin meraup keuntungan sebanyak-banyaknya(baca : ilmu) untuk bekal saya menjadi manusia yang lebih baik. Siapa yang tidak ingin jadi Mahasiswa yang pintar di segala bidang? Siapa juga yang tidak mau menjadi manusia yang mempunyai berbagai kemampuan/talenta? Semua orang menginginkan hal itu (khususnya saya). Karena itu, apa yang saya lakukan bukanlah untuk merusak ataupun mengacak-ngacak masa depan saya. Saya tidak mau jadi orang yang monoton, ambisi mengejar 1 jalur untuk mewujudkan cita-cita. Karena satu jalur itu bisa menjerumuskan, menyebabkan tidak kreatif. Bayangkan saja ketika kita hanya focus satu jalur kemudian ternyata jalur yang kita pilih adalah jalan buntu. Itulah mengapa banyak orang yang mudah putus asa lalu ingin lari dari kehidupan. Duhai kawan, saya tidak ingin menjadi orang yang seperti itu. Biarlah saya menciptakan sebanyak banyaknya jaur untuk menuju cita-cita saya. Sehingga saya tidak hanya berada dalam satu ambisi, sehingga saya bukan mengejar kesuksesan melainkan kesuksesanlah yang akan mengejar saya. Lakukan saja segalanya dengan ikhlas karena ALLAH dan luruskan niat. InsyaALLAH tidak ada ilmu yang sia-sia di dunia ini. Banyak hal yang tidak kita dapat jika hanya dengan teori saja, contohnya saja manajemen waktu. Kita tidak akan mampu mahir  mempelajarinya, jika kebanyakan waktu kita adalah waktu pas-pas an atau bahkan kebanyakan waktu luang.

Anak seperti apa saya?
Saya adalah anak yang ingin melihat kedua orangtua saya BANGGA dan tidak KECEWA. Siapa yang tidak suka melihat orang tua bangga dengan anaknya? Siapa yang menolak jika orang tua berkata “Nak, ibu /ayah bangga dan beruntung punya anak seperti kamu”? Siapa yang tidak ingin melihat orang tuanya bahagia oleh dirinya? Jawabannya “TIDAK ADA!!” . Jikapun ada, insyaALLAH bukan saya orangnya.
Lalu terkadang ada hal yang salah(baca: tidak sengaja salah dipilih), itu bukanlah hal yang patut disalahkan bukan? Namun orang bijak biasanya berfikir itu sebuah pengalaman untuk menjadi lebih baik. Yang jelas niat awal yang baik, ALLAH saja memberi 1 pahala untuk manusia yang mempunyai niat namun dia tidak mampu mewujudkannya. Lalu bagaimana dengan anda?

Apa cita-cita saya?
Jadi anak yang baik, kakak yang patut di contoh, istri yang sholehah, ibu yang baik, pengusaha sukses, pemberi ilmu yang bermanfaat, pengkritik dengan solusi, pembelajar jangka panjang, penulis yang professional, pengendali emosi yang baik. Menjadi manusia yang di cintai ALLAH, meninggal dalam keadaan khusnuk khatimah, masuk surga, bertemu dengan ALLAH, Rasull dan sahabat Rasull. Cita-cita yang tidak akan pernah dapat saya capai, jika saya tidak patuh padaNYA.

Ingin jadi apa saya dengan hal yang saya lakukan?
Ingin jadi orang yang berguna, bagi nusa, bangsa, dunia, akhirat, dan semesta alam!

Apa alasan yang bisa saya kemukakan sehingga menganggap jalan ini adalah benar?
Saya bukan menganggap jalan ini benar, namun saya ingin mencari kebenaran melalui jalan ini!

Buruk kah cita-cita dan jalan yang saya lalui ini?
Hanya ALLAH yang tahu!!

Inilah sedikit gambaran umum tentang apa yang saya lakukan,  untuk detail apa yang saya lakukan tidak perlu dijelaskan karena saya yakin akan sangat panjang sekali. Gambaran umum ini hanya mempunyai satu kesimpulan! Saya tidak ada niat buruk untuk masa depan saya. Saya punya cara dan jalan sendiri untuk menghadapinya. Saya tidak perduli jika jalan ini tidak member saya keuntungan, bagi saya cukuplah Allah yang tau niat dalam hati saya! Cukuplah keuntungan itu datangnya dari ALLAH. Kejar cinta ALLAH maka seluruh kebaikan semesta akan mengejar kita, termasuk KESUKSESAN! Jzk Wassalamu’alaykum wr wb

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Disqus for harus memulai