Rabu, 08 Desember 2010

Ketika Aktivis Dakwah Lelah(part 1)

Kegiatan dan rutinitas yang seakan tidak pernah berhenti, tuntutan orang tua dan zaman yang semakin canggih, tanggung jawab sesama saudara se iman yang semakin meninggi, perintah menyeru kepada kebaikan sebagai da'i. Belum lagi kegiatan akademik dan pencapaian target-target masa depan untuk kesuksesan diri, menjadi contoh bagi diri sendiri ketika yang tua makin tak tahu diri. Belum lagi masalah sana sini, mulai dari yang tinggi sampai menyakiti  hati. Masih juga ada ancaman sana sini, bahkan sampai masalah kaos kaki. Sepertinya semakin dicari semakin tak bisa berhenti jadi mari lanjut lagi.


Dari sekian banyak masalah yang menghampiri, tidak sedikit aktivis dakwah mulai berfikir untuk mundur. Berfikirmenjadi pemuda biasa agar bisa mempunyai waktu yang santai untuk diri sendiri. Lebih memperhatikan diri tanpa hujatan sana sini. Lelah, lelah, lelah menghadapi berbagai macam tipe manusia yang menguras emosi.(loh kok semuanya berakhiran i sih?). Baiklah kalau sudah seperti ini apa yang harus dilakukan? Aktivis dakwah juga manusia, bisa lelah, marah, kesel, nangis, bahagia, tertawa, ingin dimengerti dan di pahami dan sifat manusiawi lainnya. (Lalu apa beda aktivis dengan non aktivis?) Bedanya aktivis mampu meminimalisir segala sifat dan keinginannya agar tidak berlebihan dan terbuang menjadi masalah besar.Seorang aktivis mengerti dimana tempat mengeluarkan sifat itu dan dimana tempat menahannya, lebih tepatnya mampu mengontrol emosi diri. Bukan hal yang mudah memang, karena sering kali hal tersebut justru menjadi pemicunya untuk mundur dan melepaskan label 'aktivis'.

Disinilah keikhlasan pada sang Khalik di uji, berapa besar cinta pada Rabbnnya. Apakah aktivis pantas mendapatkan cinta ALLAH yang begitu besar dengan cinta kita yang standar? Apakah kita pantas menerima hak kita sebagai manusia sedangkan kita tidak pernah menunaikan kewajiban. Apakah dengan mudahnya melepaskan hidayah dari ALLAH padahal tidak semua orang mendapatkannya?Apakah kita akan bergabung menjadi pemuda biasa yang mempunyai beban yang ringan dan membuang beban berat ? Tidakkah lebih baik kita meminta diberikan pundak yang kuat untuk memikulnya.

Untukmu Pemuda

Duhai pemuda akhirnya kau muncul, sosok yg menjadi pilar ditiap kebangkitan. Kau kah yg dbanggakan oleh setiap jaman? Kau kah pahlawan setelah kemerdekaan? Kau yg akan mengisi kemerdekaan atau hanya menikmatinya?

Duhai pemuda sudahkah kau mengerti, membaca, atau sekedar mengetahui bahwa pendahulumu sering menyebut2 engkau dgn bangganya? Meski sekarang mereka telah dikenang sebagai pahlawan. Namun begitu sering mereka menyebut tentangmu. Ya karna ditiap jaman akan ada pahlawanya kau kah itu?

Apakah engkau yg dsapa oleh alm ust. Rahmat Abdullah 'Penghafal skian banyak ayt, pelahap sekian banyak kitab dan pembahas skian byk qadhaya, yg blm brnjak dr ta2ran tahu utk brsiap mnuju mau? engkau kah, whai pngendara yg mnerobos larangan msk kwsan brbhaya? engkaukah yg dmnta memilih madu n racun, kurma dan bara, lalu dgn sadar melahap bara dan mncmpakan racun, mnegak racun membuang madu?'

Engkaukah 1O pemuda yg diminta bung karno untuk menggoncangkan dunia?

Atau pemuda yg disebutkan oleh pak Hasan Albana yg merupakan pilar kbangkitan. Dalam stiap kbangkitan merupakan rahasia kekuatannya. Dalam stiap fikrah adalah pengibar panji2nya?

Benarkah engkau orangnya? 

Benarkah pemuda itu adalah pemuda yang berlabel 'aktivis'? Bukan aktivis yang tidak pernah jatuh ataupun lelah, tapi aktivis yang ketika dia jatuh dia akan cepat bangkit, berdiri kemudian berlari.

 Bersambung.........................

by Tikha Sholihah( Inspirasi dari rihla :D)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Disqus for harus memulai