Minggu, 25 Agustus 2013

Ia, menuntunku slalu



Bismillah
Hanya Ia yang tau tentangku, hanya Ia yang paham sifatku, hanya Ia yang paham betul tiap detail aibku, hanya Ia yang mampu mentarbiyahku. Ya, hanya Dia. 

Tak kupungkiri, aku cemburu pada mereka, mereka yang syahidah dijalanmu, mereka yang bisa menghafal kalam mu, mereka yang menjalankan sunah RasulMu. Mereka, yang kulihat lebih dekat denganMu daripada aku yang hina ini. 
Dalam diam aku menangis, dalam diam aku malu, dalam diam aku melangkah kecil, memaksimalkan potensi yang kupunya, namun tak jua mampu, rasanya masih jauh, sangat jauh, jauh sekali. 
Kulihat lagi mereka yang tak jauh dariku, berjuang dijalanMu dengan semangat yang luar biasa. Sedang aku, bahkan tak mampu melawan kantukku untuk berdiri 2 raka'at di sepertiga malammu.

Kau menuntunku, tetap bersamaku, bahkan dalam maksiatku sekalipun. Slalu berakhir menjadi pelajaran dan evaluasi untukku.

Emosiku yang kadang tak terkontrol dengan para makhluk ciptaanmu, tak sadar menyakiti mereka. Meski kadang aku telah berusaha keras mengontrolnya. 
Allah, aku sungguh tak sempurna, bahkan jauh dari kesempurnaan.
Sengaja kulewati batas-batas zona aman, agar aku tetap merasa dunia ini hanyalah persinggahan, agar aku tetap takut jika melanggar aturanMu. Kuhabiskan waktuku untuk agendaMu, namun tetap juga kutemui celah untuk bermaksiat, ku tanamkan dalam hati bahwa bahkan agenda pribadiku kupersembahkan untukMu, bahkan dunia kerjaku. Perbedaanku kadang membuat gesekan2 namun justru membuatku tentram didalamnya. 

Aku ini egois, bahwa yang kulakukan, smuanya. Bukan karna mereka, bukan, bukan untuk mereka, bukan, bahwa yang kulakukan ini justru untuk diriku sendiri. Karna aku ingin Engkau mencintaiku.

Jika tentang banyaknya amal baik, tentu saja aku tak punya. Karna bahkan untuk memunculkan keinginan beramal baikpun aku harus memintanya padaMu. Aku tak memiliki apapun, sungguh. Aku melakukan konspirasi bahkan untuk pikiran-pikiranku sendiri. Sulit sekali mengontrol diri sendiri.  bahkan ketika aku telah melakukan evaluasi berkali-kali. 

Lalu, aku akan mulai memasuki dunia baru. Maka, tanpa tuntunanMu seperti selama 23 tahun ini, maka semuanya tak kan baik-baik saja.

Ada yang berkata aku suka bermain persepsi. iya, benar sekali. Karna persepsi-persepsi itu untuk membentukku. Dari persepsi-persepsi itulah aku membentuk kepribadianku sampai sekarang. Ketika masih kecil saat konflik itu melanda, maka persepsi inilah yang menyelamatkanku. Bahwa ini akan berakhir indah. Bahwa diujung sana, akan disediakan hadiah yang indah jika aku mampu melaluinya sampai sana. 

Dulu, aku hidup dalam dunia khayal, ia tertulis jelas dalam cerpen-cerpenku. Bahwa kelak akan ada banyak yang mencintaiku. Bahwa, kelak akan ada jiwa-jiwa yang melindungiku. Bahwa aku tak akan menangis sendiri lagi. Bahwa mereka yang jahat sekarang akan berbalik menyayangiku. Bahwa aku kelak akan menjadi orang yang berguna bagi semua orang. Bahwa dan bahwa.. Mungkin itulah, khayalan itu menjadi visi dan terbentuk dari persepsi-persepsi. Persepsi-persepsi itu terbentuk dari kekurangan-kekurangan yang, dan luka-luka yang berontak untuk sembuh. 

Bahkan dalam suka yang berlebihan sekalipun, aku melunturkannya dengan persepsi, maka kadang persepsi itu bisa sangat kreatif sekali, hal yang bahkan orang yang dipersepsikan tak menduganya. Ya, itulah caraku melindungi diri, agar jikapun terluka tak parah. Agar ketika kecewa tak terjatuh. Bahwa ketika ingin mundur aku tetap memiliki alasan untuk bertahan. Ya, itulah, betapa pentingnya persepsi2 itu untukku. Bahkan dengan persepsi itu, aku meyakini. Bahwa Dia menuntunku, Dia tak pernah meninggalkanku. Dia, ya Dia. Allah. Hanya Allah. Maka tetap tak ada yang menggantikanNya, siapapun itu. Karna orang-orang yang sangat mencintaiku disekelilingku dan memberikan apapun yang aku mau, yang menjagaku dan baik padaku. Semuanya, ya semua itu aku memintanya dariNya. Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Disqus for harus memulai