Bismillah...
Ba'da sholat ashar tangisku tumpah. Ah dimulai dari amarah yang tak sampai. Saad adzan berkumandang sampai sholat dimulai, suara musik tak jelas dari lantai 2 kampus ini begitu keras mengganggu telinga orang-orang yang akan melaksanakan sholat berjama'ah. Tak lama dari itu suara mahasiswa teriak-teriak, seolah mereka tak perduli bahwa ada yang sedang sholat. Kuucapkan istigfar dan mencoba fokus sholat. Suara mereka makin menjadi, teriak dan tertawa terbahak2 disebelah mesjid itu. Allah.
Setelah sholat, aku mencoba menenangkan hati sejenak aku telah bersiap untuk menegur mereka. Kutenangkan hati agar tak melampaui batas, nada suaraku yang tinggi dan wajahku yang benar-benar sulit untuk dibawa senyum, aku khawatir marahku tumpah. Setelah itu aku bergegas keluar, aku tak perduli apa kata mereka yang ingin aku lakukan adalah menegur tindakan mereka yang tak berpendidikan itu! Sayang Allah tak mengizinkan karena ketika aku keluar mereka sudah tak ada lagi disana. Mungkin Allah belum memberikan kesempatan itu.
Hatiku menggerutu, bagaimana bisa mahasiswa itu mampu menjadi pemimpin dunia, mampu melakukan yang terbaik untuk negara sedangkan mereka tak sedikitpun menghargai panggilan Yang Menciptakan mereka. TRAGIS! Dimana moral mereka, dimana ajaran sekolah mereka dulu?
Bayang-bayang pemuda/i itupun hadir, saat kami bersama menjadi penjaga mushola. Jika ada yang mengotori mushola siapapun dari kami pasti menegurnya. Kadang kami mengomel jika ada laki-laki dan perempuan yang ada dalam mushola dan berdekatan. Atau kami akan merusuh orang-orang yang belum sholat padahal sudah datang waktunya sholat. Ya, disini dikampus yang sama.
Ah, masa lalu. Aku merindukan pemuda/i itu duplikat dari mereka. Karena aku khawatir Allah akan murka dengan tindakan2 yang melampaui batas itu. Mungkin banyak orang yang sholih tapi yang mensholihkan orang lain. Terbatas jumlahnya. Allah datangkan kembali mereka. Jika kammi mampu menjadi wasilahnya. ijinkan kammi, aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar