Aku bisa tegar karenaMu
Bisa berfikir hidup ini indah
Meski tertatih, terhempas-hempas
tapi kucoba, bertahan
Terima kasih tlah membuatku kuat
sampai detik ini ku tetap tersenyum
Ku tak mau hidup di masa lalu
Jalan hidupku terbentang, panjangg
(Syamil-Tegar)
Bagaimanapun itu, jangan pernah menggantungkan hati kepada selain Allah, meski pada amal sekalipun. Inilah uniknya Islam. Allah tak pernah melihat pada kadar dari amal kita ataupun hasilnya, namun terletak pada niat selurus-lurusnya karena Allah dan kesesuaian dengan range yang ditetapkanNya. Ah, aku kembali malu, ketika riya' atas kebaikan yang sedikit yang pernah aku lakukan, padahal belum tentu Allah ridho. Meski demikian semangat musti, kudu terpatri dalam hati dalam rangka melakukan apapun hanya demi pengharapan ridho Ilahi.
Aku malu, saat kataku tak sesuai dengan sikapku. Aku malu saat aku mampu mengolah kata menjadi indah, namun tak demikian dengan akhlaku. Aku malu, namun tak berani putus harapan dari rahmatnya. Aku malu, dengan mereka yang lebih dulu melakukan kebaikan hanya untuk ridho Allah. Aku malu pada perjuangan Rasul, sedang aku hanya sibuk dengan diriku sendiri. Aku malu menulis ini, tapi aku butuh tamparan pada ketika lalai.
Maksiat yang berulang-ulang kulakukan sungguh sangat menyebalkan sekali. Rasa-rasanya bebal melakukan hal yang komitmen untuk tak kulakukan. Riya', Ghibah, ngerasa tinggi hati, kurang menjaga pergaulan dll. Padahal biasa saja, namun hati ini melayang sok "terbaik", hingga kadang terkesan menjijikan ketika mengingat-ingatnya kembali. Seolah melakukan kebaikan dengan level tinggi, padahal aslinya low!
Ngomong seenaknya dewe', seolah lupa bahwa tiap kata akan dipertanggungjawabkan dihadapanNya, seolah lupa pada kematian yang kapan saja akan datang. Sebel!
Meski demikian, tak boleh putus harapan, tetaplah berbenah, malu, malu, malu. Ingatkan slalu bahwa Allah pantau. Jika kuingat perjuangan sahabat Rasul, ah syurga benar-benar masih jauh.
Semangat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar