Selasa, 29 Oktober 2013

how unic i'am *menerjemahkan diri setelah ikut seminar mbak afifah afrah*

Lama sudah jemari tak menari ringan diantara huruf-huruf di keyboard, berkontemplasi mencari jati diri.
Mulai bingung harus memulai dimana. Namun, obat galau itu jika bukan menulis ya membaca. Agar kata yang terlontar menjadi rapi, halah! Maksudnya opo iki..

Semua rasa berkecamuk dalam gejolak kesibukan yang beragam. Entah kemana arahnya yang jelas dari sekedar menulis setiap orang mampu membaca sedang berada dimana ruh ini parkir.
Aku sedang tidak bisa jumpa pers untuk menjelaskan pada saudara dan saudariku yang sibuk mencari tahu, sebenarnya ada apa denganku. Tiba-tiba minggat dan menghilang. Membuat yang lain bingung, maafkanlah.

Inilah yang kadang aku bingung dengan diriku sendiri, aku tak suka hal yang seragam, aku tak suka sesuatu yang sama dilakukan banyak orang. Aku suka perbedaan, aku terlalu cepat bosan. Aku butuh suasana dan kegiatan yang baru. Aku tak suka berkompetisi dengan sesama, aku hanya suka berkompetisi dengan diriku sendiri, apa yang ku inginkan itu akan kuperjuangkan habis-habisan. Apapun hasilnya. Ya, slalu seperti itu. Sekeren apapun menurut banyak orang sebuah capaian kadang justru aku tak ikut andil didalamnya. Ya, aku suka bersaing dengan diriku sendiri, dengan kekurangan-kekuaranganku dan ketakutan-ketakutanku.

Sama saat aku kuliah ke ITB, saat semua orang mengambil jurusan yang seragam, maka aku sendiri memutuskan mengambil jurusan yang berbeda dan tak kukenal sama sekali. Karna bagiku menantang diri sendiri itu, menarik. Pun sama, saat yang lainnya sibuk mencari kampus terbaik pasca SMA aku malah memilih ke kota yang tak pernah kudengar ini -->Batam.

That's right, kadang aku suka melakukan hal-hal gila. Meski rasanya sesuatu banget sakitnya berbeda dari semua orang, namun aku slalu menemukan kepuasan dan hasil yang spektakuler setelahnya. Semakin sakit, maka semakin keren biasanya. Meski kadang mulut ini mengeluh, tapi semangat semakin kuat, dan anehnya makin merasa tersakiti aku makin bersemangat melewati.

Kalau kata seseorang "diam, tapi otaknya entah kemana-mana". atau sering dibilang "lha, bukan tikha namanya kalo mencari jalur aman".

Padahal kadang kepikiran, tidak seperti itu juga. Ini hanya takdir dariNya, yang berkolaborasi dengan sifatku, mungkin. Yang, jelas Allah lebih paham cara mentarbiyahku daripada siapapun dimuka bumi ini. Maka, bahkan dalam maksiatpun aku tak sanggup untuk putus dalam pengharapan padaNya.

Quote terdalamku ---> Hanya Allah yang menginginkan yang terbaik untuk kita, sedangkan yang lainnya hanya menginginkan yang paling baik dalam diri kita.

Benar, bahkan orang yang paling baik pada dirimu sekalipun, tak kan terlalu lama mampu menerimamu jika dalam keadaan buruk. Paling tidak akan marah dan menggerutu meski hanya beberapa kali. Jika pun tidak maka ketulusan itupun datangnya dari takdir Allah untukmu. Betul tidak?

Yupz, maka jalani semua takdir yang diberikanNya. Aku pernah tak punya uang sama sekali dan tak memberitahu siapapun dimuka bumi ini, aku pernah bimbang tentang biaya kuliah dan kost, aku pernah bingung tentang kemampuanku belajar, ya aku sering merasa tak mampu melewati tantangan yang diberikanNya, tapi ternyata sekarang aku berada disini, bukan dengan kelebihanku, justru aku berada disini karna kekuranganku.

So, lets gali terus apa yang bisa digali, kenali dirimu sibuklah dengannya dan bercahayalah! cz Allah!

Jika belum sekarang, kelak, kelak dan kelak.. Yang penting niat Tikha!
Sehina apapun dirimu dan maksiat yang kau lakukan, Dia tahu apa yang ada dalam hatimu

Disqus for harus memulai